VIVAnews - Delapan akun surat elektronik Yahoo milik jurnalis asing yang bekerja di China dan Taiwan diretas (hack) selama beberapa pekan terakhir. Hal ini menyebabkan Yahoo terpaksa menutup akses memasuki kotak masuk akun-akun tersebut.
"Kami mengonfirmasi delapan kasus peretasan akun surat elektronik milik jurnalis di China dan Taiwan, sejumlah akun diblok oleh Yahoo pada 25 Maret lalu," demikian disampaikan Kelab Koresponden Asing China (FCCC) melalui pernyataan resmi seperti dikutip laman PCWorld.
Selain di-hack, pengaturan di salah satu akun diubah sehingga surat yang masuk diteruskan ke alamat surat elektronik lain. FCCC mengatakan Yahoo belum menjawab pertanyaan mereka terkait serangan peretas tersebut.
Kelompok ini mengimbau anggotanya untuk mengubah kata kunci untuk membuka kotak masuk mereka. "Anggota juga sebaiknya menggunakan cara lain untuk membuat janji wawancara atau urusan sensitif lainnya," kata FCCC.
Pihak Yahoo sendiri belum memberikan komentar.
Awal Maret lalu, akun surat elektronik jurnalis asing di China menjadi sasaran empuk malware. Serangan disamarkan dalam bentuk surat dari bagian pers Shanghai World Expo dan berisi dokumen PDF yang berbahaya.
Serangan serupa terjadi kepada akun Gmail milik pejuang hak asasi manusia di China pada Desember lalu. Hal ini, ditambah dengan aturan sensor hasil pencarian, membuat Google menarik diri dari China daratan dan menjalankan operasi dari Hong Kong.
Hacker Makin Doyan Format File PDF
Adobe Reader merupakan software yang paling sering dieksploitasi dalam serangan terarah. Temuan tersebut diungkapkan oleh F-Secury, perusahaan spesialis keamanan asal Helsinki, Finlandia.
F-Secure menyebutkan, pengguna sebaiknya melakukan update ke versi Adobe Reader terbaru untuk melindungi dirinya dari serangan baru yang memanfaatkan celah keamanan yang baru saja ditambal tiga minggu lalu.
Seperti VIVAnews kutip dari keterangannya, 14 Maret 2010, F-Secure mengklaim bahwa 61 persen dari sekitar 900 serangan yang mereka catat dalam dua bulan pertama di 2010 membidik khusus celah pada Adobe Reader.
Tahun 2008, Adobe Reader hanya menjadi sasaran 29 persen serangan. Angka itu naik menjadi hampir 50 persen di tahun lalu. Dengan tren seperti ini, software Adobe akan menjadi target dua dari tiga serangan di dunia maya. Sebagai perbandingan, dari total serangan yang hadir di dua bulan pertama, 2010, hanya 24 persen yang mengarah ke Microsoft Word.
Microsoft, dalam pandangan F-Secure, kini telah semakin baik. Padahal, dulu Word, Excel, dan PowerPoint yang sebelumnya menjadi sasaran sekitar separuh serangan hacker terhadap dokumen digital.
Bahkan di tahun 2008, serangan terhadap tiga aplikasi Microsoft tersebut mencapai 71 persen dari seluruh serangan. Menurut catatan F-Secure, kini angkanya secara total hanya mencapai 39 persen.
Hacker Cantik dari Negeri China
VIVAnews - Google baru-baru ini menyatakan siap mengundurkan diri dari China dan menutup seluruh operasional mereka di sana. Alasannya, raksasa mesin pencari itu sudah tidak tahan dengan gelombang serangan yang dilancarkan para hacker asal negeri tirai bambu tersebut.
David Drummond, Senior Vice President, Corporate Development and Chief Legal Officer Google menyebutkan, pihaknya mendapati adanya ‘serangan yang sangat canggih’ yang berasal dari China terhadap infrastuktur Google.
“Serangan-serangan ini membuat kami memutuskan untuk meninjau kelayakan operasi bisnis kami di China,” sebut Drummond blog resmi Google, 12 Januari 2010.
Langkah Google yang memilih mundur dari China menunjukkan dahsyatnya komunitas hacker di negeri tersebut.
Sampai Juli 2008, diperkirakan terdapat 4 juta orang hacker yang tergabung dalam berbagai komunitas hacker. Salah satunya adalah kelompok hacker khusus wanita yang menamakan diri Cn Girl Security Team.
Kelompok hacker ini dipimpin oleh gadis kelahiran Hunan, 6 September 1989 bernama Xiao Tian.
Dalam benak, kita mungkin membayangkan bahwa tipikal seorang hacker adalah remaja yang beranjak dewasa, dengan penampilan seadanya – kalau tidak dibilang buruk rupa – dengan kacamata tebal, perokok berat, rambut acak-acakan tak terawat dan jarang mandi karena menghabiskan sebagian besar hidupnya di depan komputer.
Ternyata tidak demikian dengan Xiao Tian. Meski menyebutkan ia sering begadang dan sesekali merokok, tetapi penampilannya sangat apik. Sepintas, melihat penampilannya, Anda mungkin tak akan menyangka bahwa ia merupakan pimpinan dari kelompok hacker yang anggotanya mencapai lebih dari 2.200 orang hacker wanita.
Xiao Tian menyebutkan, ia membuat kelompok tersebut karena ia merasa bahwa perlu ada tempat bagi gadis remaja sepertinya, yang merasa tersingkirkan dari dunia hacker yang disesaki oleh hacker pria yang menganggap bahwa hacker wanita tidak memiliki skill yang cukup.
Perlahan tapi pasti, Xiao Tian dan kelompok hackernya mulai menerobos dominasi pria di dunia hacking. Mereka mengincar status selebritis yang disandang oleh para hacker di China sekaligus membuka peluang ‘karir’ yang menggiurkan yang tersedia bagi hacker yang memiliki reputasi tinggi.
Meski anggota klub hacker Xiao Tian masih relatif kecil dibandingkan dengan populasi hacker di China, akan tetapi ‘organisasi’ hackernya mungkin merupakan salah satu kelompok hacker perempuan terbesar di China.
Scott Henderson, seorang pensiunan tentara AS yang merupakan pengamat dan penulis The Dark Visitor: Inside the World of Chinese Hackers pernah menyebutkan pada DNA India. “Aspek unik dari hacker China adalah rasa nasionalisme dan kolektivitas. Ini kontras dengan stereotip hacker barat yang umumnya mandiri dan bekerja secara individual di ruang bawah tanah tempat tinggal mereka,” ucapnya.
Akan tetapi, belakangan, kecenderungan yang terjadi adalah ‘tentara cyber’ tersebut terpecah-pecah dan membentuk kriminal kapitalis dan mulai meninggalkan rasa nasionalisme mereka.
Meski demikian, Henderson menyebutkan, suatu saat jika ada konflik yang melibatkan China, hacker tentu akan memobilisasi kelompok mereka dan terlibat dalam perang dunia maya. Dan jika saatnya tiba, ‘jenderal’ Xiao Tian mungkin akan menjadi salah satu pemimpin pasukan tentara China tersebut.
sumber :http://vivanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar